Memaknai Surat Alkahfi Ayat 23-24
Coba pikir saja. Memangnya kita yakin besok masih hidup? Memangnya kita yakin besok gak bakal ada rintangan? Memangnya kita yakin besok perjalanan akan lancar? Tak ada yang bisa memastikan itu kecuali Allah, karena Dialah yang memegang masa depan, bukan kita.
إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
(Artinya: Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".)*
So, jangan memberikan kepastian sebelum kamu mengucapkan insya Allah. Ingat, bahwa segala sesuatu itu berjalan atas kehendakNya.
Mari Menyelami Makna Insya Allah
Ternyata makna "Insya Allah" sebenarnya sangat mendalam. Mungkin dari kita pun ada yang baru tahu akan hal ini. Insya Allah sendiri artinya adalah jika Allah menghendaki. Tapi jika dimaknai secara perkata makna insya Allah, maka bisa dicontohkan seperti ini,
"Bahwa saya benar-benar akan melaksanakan janji yang saya buat,"
"Bahwa saya benar-benar ingin datang besok,"
"Bahwa saya benar-benar akan menghadiri acaranya,"
Dari kalimat-kalimat tersebut, menurutmu kira-kira apa yang perlu digarisbawahi? Yup! Sebuah kesungguhan. Ada tekad untuk benar-benar ingin melaksanakan janji. itulah salah satu hal yang harus kita pahami.
Ibaratnya nih, "Niat dan komitmenku sudah ada, tapi ya pada akhirnya semua hanya bergantung pada ijin Allah." Itu maksudnya.
"Bahwa aku akan berusaha untuk datang, tapi kalau aku gak bisa memenuhi janjiku karena sesuatu yang gak bisa kukontrol, berarti itu sudah diluar kuasaku." Seperti itulah kira-kira.
"Insya Allah" seakan jadi insurance claim bahwa kita sudah berusaha tapi kita tetap gak tau rencana Allah besok akan seperti apa. Tapi yang jadi masalah adalah sekarang banyak dari kita yang mungkin malah meremehkan ucapan " insya Allah" itu sendiri.
Meremehkan gimana maksudnya?
Bahwa banyak dari kita yang bersembunyi dibalik kata-kata "Insya Allah". Ternyata dibalik janji yang dibuat itu ternyata tidak ada keyakinan didalamnya. Tidak ada kesungguhan yang menyertainya. Tidak ada komitmen yang ingin diwujudkannya.
"Ah aku kayaknya gak datang aja deh," Padahal sebelumnya ia sudah berikrar mengucapkan insya Allah.
"Aku sebenarnya gak yakin sih mau nepatin janji,". Padahal ia sudah menyebutkan insya Allah ketika membuat janji itu.
Ternyata dari hati terdalam sebenarnya kita tuh gak minat untuk menepati janji tersebut. "Insya Allah" kadang menjadi cara kita untuk menghindar dari komitmen. Padahal ayat tersebut bukanlah mengajarkan orang untuk menghindari komitmen.
Coba cek alkahfi : 23. Sungguh kalimatnya keras,
Dan jangan sekali-kali engkau -wahai Rasul- mengatakan pada sesuatu yang ingin engkau kerjakan besok harinya dengan ucapan, "Aku pasti melakukannya besok hari," karena engkau belum tahu apakah benar-benar akan melakukannya atau engkau akan terhalangi untuk melakukannya?"
Sebenarnya kalau dicerna dari bahasa arabnya, makna dari ayat tersebut adalah tentang komitmen kita dalam melakukan sesuatu. Kita harusnya membuat komitmen yang kuat untuk itu. Kalau memang sejak awal kita gak bisa datang atau sejak awal merasa sudah sulit untuk menepati, ya sudah gak usah berjanji. Bilang saja gak bisa. Jangan menjanjikan sesuatu yang gak bisa kita penuhi.
Intinya, kalau kita memang gak bisa janji dan gak yakin pada komitmen itu, ya udah ga usah bikin janji. Ngerti kan maksudnya?
Jadi, jika kita sudah berjanji, maka berkomitmenlah dengan sungguh-sungguh untuk menepatinya. Selain itu, kita juga harus tetap menambahkan bahwa tetap Allah yang berkuasa pada hal tersebut. Kita harus meyakini bahwa semua tetap bergantung pada kehendak Allah.
"Insya Allah" bukan malah berarti, "kalau aku ga mood besok aku gak datang." Sama sekali tidak begitu! Itu sama saja kita meremehkan makna "Insya Allah." Sampai disini paham kan ya?
Manusia itu Pelupa. Allah paham kok.
Di ayat 24, Allah juga menambahkan, sebutlah Allah saat kamu lupa. Terkadang, walau hanya dipikiran, kita seringkali bilang besok mau melakukan ini. Lusa jadwalnya kesini dll lalu kita lupa mengucapkan insya Allah.
Padahal walaupun rencana itu masih dalam pikiran, tetap saja kita harus mengucapkan insya Allah ke diri kita sendiri. Jika kita lupa mengucapkan insya Allah ketika kita yakin ingin melakukan sesuatu, maka segeralah ucapkan "Insya Allah" walaupun mungkin hanya dalam hati.
Pentingnya Keseimbangan
Di dunia ini terkadang kita menemukan dua konsep kehidupan. Ada yang mengajarkan kepercayaan diri yang begitu besar yang malah membuat diri ini jumawa. Contohnya,
"Aku bisa masuk ke perusahaan besar ini ya karena aku berusaha keras untuk itu,"
"Aku bisa punya duit ya karena aku pinter cari duit,"
"Aku bisa dapat jabatan tinggi karena memang usahaku sendiri,"
Jadi intinya semua hal sukses terjadi karena dirinya sendiri. Ia merasa segala hal terjadi karena kekuatan dirinya.
Namun, disisi lain ada juga yang merasa kebalikannya, "Aku miskin karena ya memang Allah menakdirkan begini,"
"Aku emang cuma hamba sahaya,"
"Aku hanyalah makhluk dari tanah.. Aku hanya.. Bla2,"
Sosok ini adalah sosok yg tidak percaya pada kemampuan dirinya. Hanya pasrah saja pada Allah. Namun ketika sesuatu tak berjalan sesuai yang ia inginkan, maka ia akan menyalahkan Allah.
Ayat 23 di surat alkahfi : 23 sebenarnya juga berbicara tentang keseimbangan. Bahwa kamu harus punya komitmen dulu. Kamu harus yakin dulu. Kamu harus usahakan dulu.. Nah setelah itu kamu juga harus tahu bahwa segala sesuatu memang tetap harus dikembalikan ke Allah. Bahwa apapun yang terjadi di masa depan adalah atas kehendak Allah. Dan Allah akan memberikan apa yang kau mau jika kamu berjuang ke arah yang kau inginkan. Itu jika kamu bersungguh-sungguh.
Tapi harus ingat. Kadang rencana kita bisa saja sama dengan rencana Allah dan kadang rencana kita tidak sama dengan rencana Allah.
Kadang kita pengen kerja selama 10 tahun, eh tahunya dipecat pas kerja baru 6 bulan. Kadang kita pengen pergi ke tempat A. Ternyata Allah tidak menghendaki demikian. Jadi kita boleh berencana apapun tapi tetap semua tergantung pada Allah.
pexels.com |
Tentang Optimisme Seorang Muslim
Pada surat Alkahfi : 24 terdapat kata "asa" yang berarti harapan. Itu adalah doa. Bahwa "Iman sayalah yang membuat saya optimis menghadapi masa depan." Muslim harus punya itu.
Coba kita pikir-pikir, apa yang terpenting bagi seorang muslim? Yaitu bisa mendapat petunjuk dari Allah. Jika kita mendapat petunjuk dari Allah maka semua akan baik-baik saja, insya Allah.
Kita harus punya optimisme bahwa Allah akan memberikan petunjuk bagi kita. Bahwa Allah akan menunjukiku dan Allah tidak akan melupakanku. Itu adalah sebuah optimisme yang diajarkan dari surat Al Kahfi ayat 24.
Ketika kita mengucapkan Insya Allah itu berarti bahwa kita ingat kepada Allah dan ketika kita ingat kepada Allah maka Allah pun akan ingat pada kita. Terutama yang berkaitan dengan apa yang akan terjadi di masa depan.
Di zaman sekarang banyak sekali variasi atau ilmu-ilmu yang bertebaran. Contohnya dalam Islam kita bisa melihat bagaimana sebuah sebuah ilmu itu memiliki berbagai macam pendapat.
Ulama ini mengatakan begini. ulama itu mengatakan begitu. Tafsir ini penjelasannya seperti ini dan tafsir yang itu berbeda lagi. Ditambah lagi fatwa-fatwa para ulama yang berbeda.
Lalu bagaimana kita bisa tahu mana yang benar diantara banyak variasi tersebut? Yang harus kita ingat adalah kita cukup berdoa kepada Allah agar kita diberikan petunjuk. Kita yakin bahwa Allah akan memberikan kita petunjuk, seperti halnya yang terjadi pada Ashabul Kahfi. Mereka sendirian lho.
Mereka adalah orang-orang yang tinggal di sebuah kampung yang di sana kebanyakan adalah orang yang menyembah berhala. Di sana juga tidak ada yang namanya alim Ulama atau Nabi. Di sana tidak ada yang namanya Google, YouTube dan segala macamnya. Mereka sendirian.
Lalu bagaimana bisa sekelompok anak muda ini memiliki kesimpulan bahwa mereka ingin menyembah tuhan yang satu? Padahal mereka juga tidak tahu siapa ulama yang mengatakan hal tersebut?
Mereka juga tidak pernah melihat Allah? Kok mereka begitu yakin untuk hanya menyembah Tuhan yang satu?
Pada surat Alkahfi 14, bahkan mereka juga tidak tahu Tuhan mereka adalah dzat yang seperti apa. "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi". Hanya itu yang mereka pahami.
"Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Mereka hanya punya keyakinan kuat bahwa Tuhan itu satu dan keyakinan itu ada karena Allah memberikan mereka petunjuk. Lalu bagaimana dengan kita yang sudah dikasih petunjuk Alquran dan sunnah? Insya Allah akan lebih mudah bagi kita untuk membedakan yang haq dan batil jika kita memang bersungguh-sungguh untuk menemukan kebenarannya.
Jangan beranggapan bahwa petunjuk Allah itu susah untuk didapat, karena Allah sendiri mengatakan bahwa Allah membuka seluas-luasnya pintu petunjuk kepada hambanya yang memang mencari petunjuk. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha terus mendekatkan diri selangkah demi selangkah semampu yang kita bisa, supaya kita bisa terus menjadi pribadi yang lebih baik.
Iman atau petunjuk yang datang kepada kita itu akan memberikan ketenangan. Ketenangan itu akan menular kepada keluarga kita, teman-teman kita dan orang-orang disekitar kita. Maka bayangkan apa yang bisa kita berikan kepada dunia ini, jika semua mendapatkan petunjuk dari Allah? Tentu dunia ini akan dipenuhi dengan Kedamaian.
Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain.
Pelajaran penting lainnya dari surat Al Kahfi ayat 24 ini adalah bahwa kita tahu bahwa setiap orang itu punya tingkatan amal yang berbeda-beda. Ada yang amalnya sudah banyak, ada yang tampaknya sedikit. Termasuk juga dalam ilmu. Tapi yang perlu kita pahami adalah Allah ingin kita lebih dekat kepadanya dari posisi kita saat ini. Maksudnya adalah Allah ingin kita menjadi lebih baik dari diri kita yang dulu.
Perbandingannya itu bukan ke orang lain, tapi perbandingannya itu ke diri kita sendiri. Dan ketika dalam proses memperbaiki diri ini diri kita meninggal, kita masih dibilang sukses karena kita menjadi lebih baik dari diri kita yang sebelumnya walaupun mungkin belum sempurna.
Jadi yang utama adalah bagaimana kita bisa menjadi orang yang lebih dekat kepada Allah dari diri kita yang sebelumnya. Itu adalah definisi dari orang yang sukses.
Makanya kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, tapi bandingkanlah diri kita dengan kita sendiri. Allah pun tidak ingin membandingkan diri kita dengan orang lain kok, baik di dunia maupun di akhirat. Coba cek Surah Annisa : 32. Ketika Allah mengatakan bahwa Allah tidak menghukumi kita atas dosa orang-orang tua kita di masa lalu.
Contoh lain lagi ketika kamu saat ini belum bisa membaca Alquran, ya tak apa. Mulailah belajar dari awal, alif ba ta. Bergeraklah sedikit lebih dekat kepada Allah. Jika kamu meninggal dalam proses tersebut, bisa jadi mungkin kamu punya akhir hidup yang lebih baik daripada seorang alim yang belajar lebih banyak, tapi mereka tidak mengapresiasi Alquran itu sendiri. Jadi tetaplah berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita dan tidak perlu membandingkan dengan dengan orang lain.
FYI
Catatan diatas merupakan rangkuman singkat yang saya buat dari salah satu video ust. Nouman Ali Khan. Ada beberapa penjelasan yang saya buat dengan menggunakan kalimat saya sendiri tanpa adanya keinginan untuk mengubah esensi dari materi yang sebenarnya. Jika ingin mendapatkan penjelasan lebih lengkap silakan cek video sumbernya disini ya.
Posting Komentar untuk "Memaknai Surat Alkahfi Ayat 23-24"
Posting Komentar
Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)