Kesalahan Orang tua dalam Menyikapi Perilaku Remaja
1. Memaklumi "Tingkah" Remaja sebagai sesuatu yang Normal tanpa mau Introspeksi
“Ya maklumi aja. Jaman mereka kan beda sama jaman kita dulu,"
Mungkin kalimat-kalimat tersebut sering diucapkan oleh orang tua "jaman now" yang sebenarnya justru secara tak sadar menyiratkan keputusasaan dalam menghadapi perilaku "nakal" anak remajanya. Kok bisa gitu?
Aku sendiri juga gak bilang kalau kalimat diatas salah loh ya. Pada dasarnya memang jaman sekarang berbeda dengan jaman dulu. Itu sesuatu yang tak bisa dipungkiri. Pola asuh orang tua pun mungkin akan berbeda karena harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun ada tiga hal yang perlu dikoreksi dari kalimat tersebut :
1) Terlalu mengeneralisir
Bahwa, "Ya wajar kalau anak jaman sekarang itu nakal." Padahal kan itu sebuah pemikiran yang salah. Ada juga kok anak remaja yang baik. Ada juga kok anak remaja yang bisa mengisi hari-harinya dengan cara yang positif.
Ungkapan seperti diatas seakan memberikan pemakluman bahwa wajar kalau anak remaja itu nakal. Padahal justru harusnya orang tua introspeksi,
"Kenapa anaknya sampai begitu?",
"Apa yang salah dalam proses mendidik selama ini?"
Bukan malah mengeluarkan kalimat yang seakan membenarkan sebuah kesalahan. Tentu yang namanya manusia pasti pernah melakukan kesalahan, namun sebagai orang tua hendaknya membantu anak untuk memperbaiki kesalahan dan membimbing mereka untuk tahu mana yang baik bukan malah membiarkan.
2) Adu Nasib
"Ah gak apa-apa. Dia kan nakalnya baru segitu. Saya aja dulu malah lebih parah dari itu loh,"
Seyogyanya, tentu orang tua berharap anaknya lebih baik dari dia. Tapi ya gak sampai adu nasib untuk membandingkan yang lebih buruk juga kali yah? Kesalahan orang tua tentu bisa jadi pelajaran supaya anak tidak melakukan kesalahan yg sama atau lebih buruk. Dan sebagai orang tua memang baiknya tidak sampai membandingkan dengan diri sendiri (ini juga berlaku pada prestasi-prestasi juga sih) supaya anak tidak mencari pembenaran atas masa lalu orang tuanya sendiri.
3) Sama Saja Dengan Mendoakan Dong?
Hati-hati, ungkapan diatas bisa saja jadi doa untuk anak kita. Iya kan? Dengan mewajarkan perilaku nakal, maka bisa jadi kita mengaminkan anak-anak untuk menjadi sosok yang sulit diatur. Gak mau kan kalau sampai "doa" itu ternyata dikabulkan?
2. Menyalahkan Teknologi tanpa Mau Evaluasi
Kadang ada orang tua yang sibuk mengkambinghitamkan TV ataupun gadget sebagai penyebab kenakalan anak mereka. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, siapa yang sudah menyediakan TV di rumah? Siapa yang memfasilitasi anak memegang gadget padahal belum waktunya?
Pada akhirnya memang kita sebagai orang tua punya keterbatasan. Kita tak bisa mengawasi anak 24 jam. Oleh karena itu kedekatan anak dengan orang tua adalah kuncinya. Ingat, teknologi pun juga bisa memberikan banyak manfaat jika bisa dikelola dengan baik.
Sering-seringlah berdiskusi dengan anak sehingga anak tidak segan untuk bercerita terkait isi hati dan pikiran mereka. Orang tua pun bisa memberikan arahan terkait "do and don't" ketika sedang menggunakan alat-alat teknologi.
Jika kita sudah dekat dengan anak dan sudah membuat persetujuan terkait apa yang boleh dan tidak boleh, selebihnya berdoalah dan serahkan perlindungan anak-anak kita kepada Allah. Semoga Allah melindungi anak-anak dari hal-hal yang buruk.
Kesimpulan?
Pada intinya kita harus percaya bahwa setiap anak yang terlahir kedunia ini terlahir dalam keadaan fitrah. Anak-anak memiliki kecenderungan pada sesuatu yang baik. Sekarang tinggal bagaimana orang tuanya membimbing anak-anak sesuai potensi kebaikan yang sudah mereka miliki.
Jagalah kedekatan dan berikan keteladanan tentang segala sesuatu, terutama pemanfaatan teknologi yang benar. Jika anak ternyata jauh dari harapan, maka segeralah evaluasi kualitas kedekatan dan carilah solusi terbaik.
Jangan membandingkan orang tua jaman dulu dengan orang tua jaman sekarang. Tentu saja pola pengasuhan akan berbeda.
"Ah, orang tua dulu gak ikut seminar parenting tapi anak-anaknya ga ada masalah kok,"
"Ah, orang tua dulu pake cara keras, ternyata anaknya bisa disiplin kok,"
Perbandingan-perbandingan semacam ini malah justru membuat kita berpikiran sempit.
Bukan berarti kita tak perlu belajar dari pengalaman orang tua dahulu. Tentu tetap ada saja hal yang bisa kita ambil. Namun jangan pula kita menutup diri kita untuk belajar dari pengalaman baru, entah lewat buku, seminar, workshop atau diskusi dengan sesama orang tua jaman sekarang.
Pengalaman dan ilmu yang didapatkan tentu bisa jadi sarana perbaikan dalam pola pengasuhan. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang akan membuat kita menjadi lebih bijak dalam menjalani peran kita sebagai orang tua.
Ingat, jangan membatasi diri dengan masa lalu. Tetap terbuka (dengan tetap memfilter) ilmu-ilmu yang ada supaya kita bisa menimbang dari berbagai sudut kehidupan.
So, apa yang harus digarisbawahi para orang tua?
1. Semangat untuk terus belajar
2. Jangan menyerah untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan sebagai orang tua.
3. Menjaga kedekatan dengan Allah.
Ingatlah tujuan kita sebagai orang tua bukanlah semata pada dunia. Tapi juga bagaimana bisa menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholih-sholihah yang menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai pedoman kehidupan. Semoga kita sebagai orang tua dimampukan Allah untuk itu ya. Aamiin. Self reminder juga sih ini huhu.
Sumber Rujukan :
Materi Diskusi Grup WhatsApp Komunitas OBK 6 (Orangtua Berkemampuan Khusus) tanggal 26 Juli 2016.
24 komentar untuk "Kesalahan Orang tua dalam Menyikapi Perilaku Remaja"
Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)