Tips Mengatasi Parental Burnout
Akibatnya apa? Akibatnya rasa lelah itu memunculkan stress yang membuat seorang ibu merasa berat mengasuh anak. Itulah yang disebut Parental burnout. Kondisi ketika muncul rasa lelah dan stress jangka panjang yang berujung pada perasaan berat dalam mengurus keluarga.
Sebenarnya rasa lelah menjadi orang tua adalah sesuatu yang normal. Hanya saja, kadang orang tua (terutama ibu) kerap merasa bersalah ketika harus merasa lelah dan beristirahat. Bahkan kadang sampai menyalahkan dirinya sendiri. Perasaan ini malah justru membuat sang ibu secara emosional merasa jauh dengan anak.
Lalu, apa saja yang harus dilakukan ibu agar bisa menghindari atau setidaknya mengurangi parental burnout? Berikut ini hal-hal yang barangkali bisa dicoba:
1. Sempatkan Beristirahat dikala Anak Tidur
Stop dulu kerjaan rumah dan pikiran yang memusingkan. Lebih baik tidur untuk merecharge energi ketika anak tidur.
Aku sendiri semenjak punya anak, selalu berusaha menyempatkan waktu untuk tidur siang karena sungguh terasa sekali capeknya jika tidak menyempatkan diri untuk istirahat di siang hari. Jadi penting sekali bagi para ibu untuk mengistirahatkan diri agar setidaknya nanti masih punya energi untuk beraktivitas dan tentunya membantu menjaga kesehatan mental.
2. Pakai Asisten Untuk Membantu
Jika ekonomi memungkinkan, minta bantuan art untuk menghandle pekerjaan rumah. Bisa juga melakukan outsourcing pekerjaan.
Pakailah laundry atau catering. Sesekali tak mengapa membeli makan di luar jika sedang lelah memasak. Jangan paksa diri untuk melakukan semuanya sendiri.
3. Jalan-jalan
Sesekali gantilah suasana hati. Pergi berbelanja atau sekedar nongkrong di kafe dekat rumah. Jalan-jalan komplek atau taman di pagi hari. Setidaknya pergilah keluar mencari suasana baru sejenak. Jika memungkinkan, tidak apa-apa meminta waktu liburan sekali-kali.
4. Diskusi dengan Suami
Coba carilah solusi bersama jika memang tak sanggup melakukannya sendiri. Mungkin dengan membuat kesepakatan terkait jobdesk di rumah. Siapa yang mencuci, merapikan rumah, menyetrika dan menjaga anak, agar ibu tidak merasa sendiri dalam melakukan kerjaan rumah.
5. Turunkan Target dan Ekspektasi
Setelah punya anak tentu rumah tidak akan bisa serapih dulu, apalagi jika punya anak usia balita. Tak mengapa. Tak usah menuntut diri rumah harus rapi jali.
Jika anak sudah mulai bisa diajarkan mandiri sebenarnya anak bisa diminta untuk merapikan sendiri. Namun jika belum bisa, maka nikmati saja. Tak ada salahnya dengan rumah yang berantakan.
Ini termasuk juga target-target lain yang menjadi standar sehari-hari di rumah. Jika memang tak bisa dipenuhi maka lebih baik berdamai dengan kondisi yang ada.
6. Lakukan Hal yang Disukai
Mungkin dengan menyeruput kopi sambil membaca buku favorit? Mungkin dengan memakan cemilan kesukaan sambil menonton acara menarik? Mungkin dengan menikmati pagi dengan melihat tanaman-tanaman hijau di teras rumah? Sesekali berkontemplasi atau lakukanlah hal yang disukai.
Kalau aku pribadi biasanya suka menulis di blog atau membuat konten di media sosial. Tak selalu tiap hari tapi kalau sudah dilakukan biasanya muncul kelegaan dan setidaknya memunculkan kebahagiaan. So, do your own favorite things.
7. Jangan Kepo pada Akun Medsos yang Memperlihatkan Kesempurnaan
Serius ini juga ngaruh. Kadang para ibu bertanya-tanya setelah melihat kehidupan orang di media sosial,
"Kok bisa ya rumahnya rapi banget,"
"Kok bisa ya keliatan cantik terus,"
"Kok bisa ya anaknya makan lahap gitu,"
Ya bisalah, karena itu media sosial! Mereka hanya menampilkan yang baik-baiknya saja. Dan kita hanya melihat yang bagus-bagusnya saja.
Ketika sudah begitu, ujung-ujungnya kita akan membandingkan ke diri sendiri yang ternyata berbanding terbalik dengan mereka. Akibatnya kita jadi down, merasa gak becus, merasa gagal dan jadi gak bersyukur. Justru hal tersebut malah memperburuk kondisi kita.
Jadi, kalau media sosial malah membuat mental kita gak sehat, just leave it. Kalau perlu lakukan hibernasi dan jauhkan diri dari sikap membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain.
8. Perhatikan Kondisi Fisik
Ibu-ibu, yuk makanlah dengan layak. Jangan hanya makan makanan sisa anak. Jangan pula menghabiskan waktu untuk makan makanan tak sehat. Fisik kita juga butuh amunisi.
Makan buah. Minum air putih yang cukup. Jika memang diperlukan, bisa juga minum suplemen supaya tubuh terpenuhi oleh nutrisi yang baik. Tubuh yang sehat akan membantu kita menjalani aktivitas dengan lebih baik. Tubuh yang sehat juga akan membuat kita lebih bersemangat.
9. Stop Mendengarkan Komentar Orang
Adakalanya kita butuh "menyumpal" telinga kita dari hal-hal yang tak mengenakkan. Kita perlu menyaring hal-hal yang menjatuhkan diri kita.
Bukan berarti kita jadi tak peduli dengan nasihat orang, tapi ada komentar-komentar yang memang perlu dicuekin. Terutama komentar yang bisa menyakiti hati kita dan membuat mental kita down. Cobalah fokus pada hal-hal berguna, yang membuat kita merasa lebih baik dan tentunya membuat kita termotivasi menjadi sosok yang lebih baik.
10. Buatlah Jadwal Harian
Belajarlah memanajemen waktu dengan jadwal harian. Jika kita mampu mengatur waktu dengan baik, maka kita jadi bisa mengatur kapan waktu istirahat dan kapan waktu memanjakan diri.
Tapi perlu diingat, tak perlu terlalu terpaku dengan jadwal yang ada. Jika kondisi tak memungkinkan untuk mengikuti jadwal, entah karena anak yang tiba-tiba rewel atau sakit atau hal-hal tak terduga lainnya, maka tak mengapa. Kita bisa skip dulu jadwal tersebut dan lakukan di lain waktu.
11. Konsultasi dengan Orang yang Tepat
Jika dirasa sudah tak sanggup menghadapi burnout, selain berbincang dari hati ke hati dengan suami, bisa dipertimbangkan pula untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional. Bisa ke psikolog atau psikiater, agar bisa dicari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada.
Jika dirasa mahal, bisa juga atur janji ke puskesmas. Biasanya di puskesmas juga ada layanan konsultasi dengan psikolog. Carilah informasi tersebut di puskesmas terdekat.
12. Minta Tolong pada Yang Maha Kuat
Segala masalah di dunia ini memang tak bisa kita selesaikan sendiri karena pada dasarnya manusia itu lemah. Jadi penting sekali memohon kepada Allah untuk dimudahkan dalam menjalani peran di dunia.
Coba luangkan waktu di sepertiga malam untuk sekedar berbincang berdua dengan Allah. Menangislah jika memang perlu. Luapkan segala emosi. Curahkan semuanya karena memang Dialah pendengar terbaik. Jangan ragu untuk berkeluh kesah dihadapanNya karena Ia pasti mendengar dan mau menemani kita menghadapi kesulitan hidup. Berdoalah dengan sungguh-sungguh agar kita diberikan kemudahan dalam menjalani peran-peran kita di dunia ini.
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi burn out. Semoga bermanfaat. Jika kamu punya tips-tips lain yang biasa kamu lakukan, bisa sharing di komentar ya. Thank you!
18 komentar untuk "Tips Mengatasi Parental Burnout"
Artikel ini dengan tepat menunjukkan bahwa orang tua sering kali menempatkan kebutuhan anak-anak di depan kebutuhan mereka sendiri, terkadang dengan merugikan kesejahteraan mereka.
semoga kita semua dikuatkan sama Allaah ya
Ma kasih mbak, tips nya berguna banget
Silahkan sampaikan pendapatmu. Mari kita berdiskusi :)